|
Ilustrasi Tata Surya. Kredit: JACOPIN/BSIP/Corbis |
Info Astronomy - Selama ini kita mengetahui bahwa Bumi beserta planet-planet lainnya berputar mengelilingi Matahari di Tata Surya. Tapi sudah tahukah Anda bagaimana Tata Surya kita terbentuk?
Tata Surya terdiri dari planet, satelit, planet kerdil, meteoroid, planetoid, asteroid, komet, dan Matahari sebagai bintang sekaligus sebagai pusatnya. Mereka semua mengedari Matahari pada lintasan masing-masing. Kecuali Merkurius (inklinasi/kemiringan bidang orbit 7 derajat), lintasan planet lainnya praktis berhimpit dengan bidang ekliptika.
Arah edar atau revolusi semua planet sama, demikian pula arah rotasinya (kecuali Venus dan Uranus). Hal ini tentu saja membuat timbulnya dugaan bahwa kondisi fisik dan dinamika ini sangat erat kaitannya dengan proses awal terbentuknya Tata Surya, demikian pula baik dari segi penyelisikan wujud (padat, gas, cair), unsur kimia, distribusi massa, temperatur, distribusi energi (atau khususnya momentum sudut), dll.
Sebagian besar massa Tata Surya (± 95%) terkumpul di Matahari. Oleh karena itu, pergerakan planet dan anggota Tata Surya lainnya berada di bawah pengaruh gaya tarik gravitasi Matahari yang besar.
Atau dari sisi lain, proses kelahiran Tata Surya sangat berkaitan erat dengan pembentukan Matahari sebagai sebuah bintang yang sekaligus menjadi kepala Tata Surya, dan tidak lupa bahwa inipun terkait dengan bagaimana dinamika pergerakan seluruh anggotanya (salah satunya gerak Keplerian, yaitu semakin dekat ke Matahari, maka kecepatan edar planet semakin tinggi).
Masalah rotasi dan revolusi ini terkait momentum sudut mungkin secara tidak sadar telah kita lihat saat menyaksikan penari balet di lantai es yang berputar di tempat; lihatlah posisi tangannya – mengembang atau dikuncupkan secara tegak di atas kepala – bagaimana kecepatan putarannya untuk tiap posisi?
Secara garis besar, Tata Surya berasal dari sebuah bola gas -- debu purba (nebula, materi antar bintang bertemperatur rendah dan kerapatan sangat kecil, namun radiusnya luar biasa besar). Adanya gaya gravitasi antar molekul menyebabkan adanya pergerakan, lalu timbul pusaran-pusaran dan pemampatan pada tempat-tempat tertentu.
Saat hal tersebut berlangsung, secara bersamaan proses pemipihan pun terjadi. Gumpalan yang berkumpul di tengah menjadi cikal bakal Matahari, sedangkan gumpalan lainnya menjadi planet-planet.
Bentuk keseluruhan menyerupai cakram materi yang berputar yang mana 95% materi terkonsentrasi di pusat. Lainnya di sayap cakram, kondensasi membentuk calon planet dan satelit.
Pada saatnya nanti, "janin" Matahari berhasil membangkitkan reaksi nuklir di pusatnya sebagai akibat dari makin padat materinya, makin cepat putarannya, dan semakin panas. Tahap berikutnya, energi yang semakin besar di pusat perlahan terhambur keluar. Apabila segala kondisi terpenuhi, lahirlah Matahari sebagai bintang sejati (memancarkan energi dalam semua rentang panjang gelombang).
Tekanan radiasi dan angin Matahari membubuskan sisa gas dan debu termasuk yang menyelimuti protoplanet sedemikian tinggallah teras planet yang telanjang. Dalam kasus Tata Surya, terbentuklah planet kebumian yang atmosfernya tipis, berukuran kecil dan padat.
Sementara untuk protoplanet yang jauh dari Matahari, materi selubung ini tidak semua terbubuskan. Terbentuklah planet seperti planet raksasa gas maupun raksasa es. Akhirnya, radiasi Matahari ini mengusir sisa materi lainnya ke tepian nan jauh menjadi cikal bakal materi Sabuk Kuiper, materi antarplanet, dan materi Awan Oort.
Usia Tata Surya diduga kisaran 4,5 miliar tahun. Istilahnya, anggota Tata Surya selain Matahari baru terbentuk setelah ratusan juta tahun lahirnya Matahari sebagai bintang. Matahari sendiri diduga saat ini berusia 5 miliar tahun.
Planet Ekstrasurya
Selain itu, walaupun secara garis besar teori pembentukan berbasis nebula di atas dapat diterima, tetap masih banyak membutuhkan perbaikan. Hal ini sangat terasa ketika planet-planet yang berada jauh di bintang lain sana mulai banyak ditemukan.
Berawal dari penemuan materi antarbintang di Orion yang pertama diketahui dan disebut nebula oleh Claude Fabri dari Peiresc tahun 1659. Saat sekarang di daerah ini telah banyak dijumpai cikal bakal bintang, bahkan diduga juga akan membentuk sistem keplanetan.
Adanya planet asing di luar Tata Surya kita yang berukuran besar (puluhan kali lebih besar dari Jupiter) dengan jarak sangat dekat ke bintang induknya pun menjadi perhatian karena periode revolusinya sangat cepat. Bagaimana keberlanjutan planet seperti ini masih menjadi pertanyaan.
Sementara itu, kita hanya berbekal pengetahuan apa yang ada di Tata Surya kita, satu dan hanya satu-satunya contoh pembanding. Belum lagi, planet ekstrasurya yang ditemukan berinduk pada bintang dengan jenis beragam.
Bahkan, planet ekstrasurya tidak selalu memiliki bintang induk seperti Matahari. Pada tahun 1992, Aleksander Wolszczan (astronom Polandia) and Dale Frail (astronom kelahiran Kanada) menemukan 2 planet mengedari sebuah pulsar milidetik (bintang neutron sisa ledakan supernova yang berotasi sangat cepat) PSR 1257+12. Jaraknya kisaran 1.000 tahun cahaya.
Walau begitu, saat ini belum ada teori lain yang lebih diterima dari teori pembentukan Tata Surya di atas. Jadi, kurang lebih memang seperti itulah proses Tata Surya kita terbentuk hingga menjadi seperti sekarang ini.