Info Astronomy 19 Desember 2016

Saturnus dan Satelit Alami Kecilnya, Mimas

Saturnus dan Mimas. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Info Astronomy - Pemandangan yang menakjubkan ini menampilkan salah satu satelit alami kecil milik Saturnus, Mimas, dengan perbandingan cincin Saturnus yang megah. Anda mungkin berpikir bahwa cincin lebih besar dari Mimas, tapi ternyata sebaliknya, lho!

Cincin Saturnus memiliki massa yang tidak lebih besar dari massa Mimas, atau mungkin hanya sebagian kecil dari massa Mimas. Cincin tersebut terbuat dari partikel es kecil yang tersebar di area yang luas.

Cincin juga sangat tipis, tidak lebih tebal dari ketinggian rumah lantai dua di Bumi. Sementara Mimas memiliki lebar sekitar 396 kilometer.

Pandangan yang dipotret oleh wahana antariksa Cassini ini sisi Saturnus, cincin, dan Mimas yang diterangi Matahari. Cassini memotret citra ini dari sudut sekitar 6 derajat di atas bidang cincin. Citra ini diambil dalam panjang gelombang inframerah dengan kamera wide-angle yang tersemat pada Cassini.

Cassini memperoleh citra ini pada 21 Juli 2016 dari jarak sekitar 907.000 kilometer dari Saturnus dan pada kedudukan di mana Matahari-Cassini-Saturnus berada satu garis lurus dala. sudut 31 derajat. Sekadar info tambahan, citra ini memiliki resolusi 54 kilometer per piksel.
Saat Matahari Menjadi Bintang Raksasa Merah, Apa Kabar Bumi?
Posted: 19 Dec 2016 12:47 AM PST
Ilustrasi Matahari dan Bumi 5 miliar tahun ke depan. Kredit: Wikimedia Commons
Info Astronomy - Sudah menjadi pengetahuan umum saat ini bahwa Matahari tidak akan bertahan selamanya. Matahari kita, dalam 5 miliar tahun ke depan, akan menjadi bintang raksasa merah. Lalu, apa yang akan terjadi pada Bumi saat Matahari kita membengkak 100 kali lebih besar dari saat ini?

Sekelompok tim astronom internasional mengatakan mereka telah menemukan sebuah sistem bintang yang mirip dengan sistem Matahari dan Bumi, yakni bintang L2 Puppis. Lima miliar tahun lalu, bintang ini sangat mirip dengan Matahari kita seperti yang kita kenal sekarang. Tapi saat ini, L2 Puppis telah berubah menjadi bintang raksasa merah.

Tak hanya menemukan bintangnya, tim astronom ini juga telah menemukan sebuah objek yang mengorbit bintang raksasa merah tersebut pada jarak yang tidak terlalu berbeda dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari kita. Karya ilmiah ini telah diterbitkan di jurnal Astronomy & Astrophysics jika Anda mau membacanya.

"Nasib Bumi masih belum pasti. Tapi yang kita sudah tahu adalah bahwa Matahari kita akan lebih besar dan lebih terang, sehingga mungkin akan menghancurkan segala bentuk kehidupan di planet kita," kata Leen Decin dari KU Leuven Institute of Astronomy, salah satu anggota dari tim astronom ini.

"Lima miliar tahun dari sekarang, Matahari akan tumbuh menjadi bintang raksasa merah, 100 kali lebih besar dari ukuran saat ini," tutur Decin seperti dikutip dari EarthSky.org. "Matahari juga akan mengalami kehilangan massa yang intens melalui pelepasan angin bintang yang sangat kuat. Lalu 7 miliar tahun dari sekarang, Matahari akan menjadi bintang kerdil putih kecil."

Selama metamorfosis Matahari kita dari bintang biasa menjadi bintang raksasa merah, lalu berakhir menjadi bintang kerdil putih, planet Merkurius dan Venus akan ditelan dan hancur oleh Matahari yang membengkak. Dan kabar baiknya, Bumi tidak akan ditelan, tapi kehidupan mungkin akan musnah karena Bumi akan terbakar akibat jarak yang semakin dekat dengan Matahari.

Saat ini, para astronom masih sibuk mengamati bintang L2 Puppis. Bintang ini terlihat mata telanjang tapi sangat samar, terletak di antara bintang Canopus dan Sirius. Jaraknya dari Bumi adalah 208 tahun cahaya, sementara planet yang mengorbit L2 Puppis terletak sekitar 300 juta km dari bintang induknya tersebut.

Menurut para astronom, sistem bintang ini benar-benar menawarkan pratinjau yang unik dari kondisi Bumi kita 5 miliar tahun dari sekarang. Pemahaman yang lebih dalam interaksi antara L2 Puppis dan planetnya niscaya yang akan menghasilkan informasi yang berharga tentang bagaimana evolusi akhir Matahari dan dampaknya pada planet-planet di Tata Surya, termasuk Bumi kita.
Planet Kerdil Ceres Diselimuti Es yang Tersembunyi
Posted: 18 Dec 2016 11:10 PM PST
Planet kerdil Ceres. Kredit: NASA, Dawn
Info Astronomy - Pada pandangan pertama, Ceres, planet kerdil di sabuk asteroid utama, tidak terlihat dingin, bahkan lebih tampak gelap dan banyak kawah. Tetapi studi baru yang diterbitkan sekelompok astronom menunjukkan bahwa Ceres diselimuti oleh es yang tersembunyi.

Meneliti keberadaan es pada objek selain Bumi sangatlah penting karena es (yang bisa mencair jadi air) merupakan unsur penting bagi kehidupan seperti yang kita kenal. Dengan menemukan objek langit lain yang kaya akan adanya air, kita dapat menemukan petunjuk kehidupan di luar Bumi.

Dari penelitian yang dilakukan ini, planet kerdil Ceres diketahui mengandung 10 persen air, yang sekarang membeku menjadi es. Hal tersebut dituturkan oleh salah seorang astronom yang terlibat dalam penelitian ini, Thomas Prettyman dari Planetary Science Institute, di Tucson, Arizona, AS.

Mempelajari objek seperti Ceres memberi gambaran bagaimana planet kerdil tersebut bisa terbentuk di Tata Surya. Dibandingkan dengan Vesta yang kering, Ceres lebih mirip Enseladus dan Europa, yang masing-masing adalah satelit alami beku milik Saturnus dan Jupiter. Begitu juga bila dibandingkan dengan Bumi, Merkurius, Venus dan Mars.

Sejauh ini, para ilmuwan masih berdebat apakah Ceres memiliki laut berair asin, yang menimbulkan persepsi planet kerdil tersebut mungkin dapat menampung kehidupan seperti yang kita kenal, kata deputi pimpinan misi wahana antariksa Dawn, Carol Raymond dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, AS.

Informasi yang dihimpun oleh wahana antariksa Dawn menunjukkan, Ceres menggunakan air untuk membentuk mineral. Ilmuwan menggabungkan data mineral dengan model komputer untuk mempelajari interior.

Deposit Es di Kegelapan Abadi
Berkat dua kamera dari Max Planck Institute untuk Penelitian Sistem Solar (MPS) yang disematkan pada wahana antariksa Dawn, permukaan  planet kerdil Ceres kini telah hampir seluruhnya dipetakan. Dalam penelitian ini, tim yang dipimpin ilmuwan dari Göttingen melaporkan telah berhasil memetakan daerah dekat kutub utara Ceres. Ini sebuah prestasi khusus, karena daerah ini diselimuti kegelapan abadi. Matahari tidak bisa menjangkau daerah ini karena posisi mengorbit Ceres yang miring 4,028 derajat.

Nah, para astronom ini lantas menemukan adanya deposit air es di balik kegelapan abadi kutub utara Ceres tersebut. Thomas Platz, penulis utama dari studi yang diterbitkan di Nature Astronomy, 15 Desember menjelaskan bahwa daerah itu berada antara 65 hingga 95 derajat lintang Utara. "Menggunakan kamera kami, kami melihat beberapa kawah di balik kegelapan abadi, yang berarti mereka tidak pernah dicapai oleh sinar Matahari," katanya. 

Berarti Matahari tidak pernah terbit jauh di atas cakrawala di langit di atas daerah kutub Ceres. Meskipun sinar Matahari tidak pernah jatuh langsung ke lokasi tersebut, sejumlah kecil cahaya yang tersebar mencapai mereka, tercermin dari dinding kawah dan langsung menerangi di sekitarnya. Kamera dapat memanfaatkan cahaya lemah itu dan menjelajahi kegelapan. Ini adalah cara bagaimana kamera itu menemukan beberapa deposit air es.

Berburu deposit es adalah kerja keras. Dari 634 kawah yang diidentifikasi pada daerah gelap permanen, sepuluh kawah memiliki bintik-bintik mencolok terang pada interior mereka. Setelah ini, wahana antariksa Dawn masih akan terus meneliti Ceres dari orbitnya, dan data-data terbaru Ceres akan tiba secepatnya.


EmoticonEmoticon