|
Ilustrasi. Kredit: NASA/Ames/JPL-Caltech |
Info Astronomy - Bintang katai merah telah terbukti menjadi sasaran penelitian empuk bagi para pemburu planet dalam beberapa tahun terakhir. Sejauh ini, bintang-bintang katai merah seperti TRAPPIST-1, Gliese 581, Gliese 667C, Kepler 296, bahkan Proxima Centauri, diorbiti setidaknya satu planet berbatu seperti Bumi.
Dan tampaknya, "tren" penemuan planet di bintang katai merah seperti ini akan terus berlanjut. Baru-baru ini, menggunakan data dari
High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS) milik
European Southern Observatory (ESO), sekelompok astronom berhasil menemukan planet Bumi-Super yang mengorbit bintang GJ 536, bintang katai merah kelas-M yang terletak sekitar 32,7 tahun cahaya dari Bumi.
Planet Bumi-Super adalah jenis planet ekstrasurya (planet di luar Tata Surya kita) yang memiliki massa antara 1 hingga 15 kali massa Bumi. Dalam penemuan ini, planet Bumi-Super di bintang GJ 536 memiliki massa 5,36 kali massa Bumi, dengan periode orbit 8,7076 hari untuk sekali mengitari bintang induknya yang berjarak kurang lebih 0,06661 SA darinya.
Sekelompok astronom yang menemukan planet Bumi-Super ini dipimpin oleh Dr. Alejandro Suárez Mascareño dari
Instituto de Astrofísica de Canarias (IAC). Penemuan planet ini adalah bagian dari pekerjaan tesisnya, yang dilakukan di bawah Dr Rafael Rebolo - yang juga anggota dari IAC dan seorang profesor di University of Laguna.
Dilansir dari
UniverseToday.com, menurut Dr, Mascareño, "Planet yang diberi nama GJ 536 b adalah planet jenis Bumi-Super terkecil yang pernah ditemukan. Planet ini juga tidak berada di zona laik bintang induknya.
"Orbit planet Bumi-Super dengan bintang induknya yang relatif dekat membuatnya menjadi target yang menjanjikan untuk meneliti spektroskopi transmisi. Dengan bintang induknya yang begitu cerah, kita bisa mendapatkan spektrum planet untuk mendeteksi unsur-unsur di atmosfer planet tersebut."
Planet Bumi-Super ini ditemukan lewat instrumen HARPS-N yang dipasang pada teleskop berdiameter 3,6 meter milik ESO di Observatorium La Silla, Cile dan teleskop berdiameter 3,6 meter di Observatorium La Palma, Spanyol. Data dari dua teleskop tadi juga dikombinasikan dengan data fotometrik dari
All Sky Automated Survey (ASAS) yang dimiliki observatorium di Cile dan Maui.
Tim peneliti mengandalkan pengukuran kecepatan radial dari bintang induknya untuk mendeteksi kehadiran planet Bumi-Super tersebut, serta pengamatan spektroskopi dari bintang induk yang diambil selama periode 8,6 tahun terakhir.
Dari semua penelitian ini, sekelompok astronom tersebut tidak hanya mendeteksi planet ekstrasurya dengan 5 kali massa Bumi, tetapi juga data dan informasi tentang bintang induknya, yang menunjukkan bahwa ia memiliki periode rotasi sekitar 44 hari, dan siklus magnetik yang berlangsung kurang dari tiga tahun.
Sebagai perbandingan, Matahari memiliki periode rotasi 25 hari dan siklus magnetik 11 tahun, yang ditandai oleh perubahan dalam tingkat radiasi yang Matahari pancarkan.
EmoticonEmoticon